Tuesday, July 7, 2015

Wanita dan tiap fase kehidupannya

Seorang wanita, seperti layaknya pria, adalah manusia dengan ambisi dan rencananya masing masing.
wanita, sebagai mahluk yang sangat kompleks, memiliki impian yang berbeda dan beragam sesuai dengan posisinya dalam suatu fase kehidupannya. sebagai seorang anak, sebagai carrier woman, sebagai kakak, sebagai adik, sebagai istri, sebagai ibu, bahkan sebagai nenek, semua berbeda.

Bagi saya, kebahagiann adalah berada pada keseimbangan diantara semuanya.

sebagian orang akan memilih satu yang dominan. misal, banyak orang akan memilih mengabdikan dirinya sebagai ibu, dan meninggalkan kariernya. sebagian yang lain mungkin akan memilih mengejar karir dan melupakan kodratnya untuk menjadi istri bagi seorang laki laki.

Hidup itu pilihan memang, tapi menurut saya, being in a right place, with a balance amongs is the key to success.

Tidak gampang, tapi juga bukannya mustahil. Semua tergantung niat dan ikhtiarnya, dibarengi doa tentu saja.

Tidak pernah ada yang namanya part-time mom atau part-time wife. Semua istri dan ibu adalah "pekerja" full-time untuk suami dan anak anak mereka, terlepas dari berapa banyak waktu dalam sehari yang mereka pakai untuk mengejar karirnya. Karena balik lagi, untuk menjdi carrier woman adalah pilihan, dan tidak ada satu orang pun yang berhak menjudge mereka yang memilih tetap berkarya walupun sudah berkeluarga.

Apakah seorang ibu yang sedang bekerja lantas tidak mengurusi anaknya sama sekali? Tentu tidak. Well, memang selalu ada pengecualian dalam segala hal, tapi yakinlah, 99,9% ibu bekerja akan tetap memikirkan anaknya dan suaminya. Mungkin cara mereka berbeda dari sebagian yang lain yang bisa memberikan 24/7 waktunya untuk keluarga, tapi yakinlah, dia sudah memikirkan semua pluses dan minuses dari pilihannya itu, dari berbagai aspek dan sudut pandang yang tidak perlu dia jelaskan pada orang lain. Sekali lagi, TIDAK PERLU dia jelaskan pada siapapun. 

Di pos ini saya akan mencoba membahas satu persatu sudut pandang berbeda dari satu kehidupan seorang wanita. iya, semua sisi ini bisa dimiliki oleh hanya satu manusia. Mungkin memang Allah menciptakan wanita untuk menjadi agen multitasking. Allahuakbar!

1. wanita dan karier/studinya
Sebelumnya mari ucapkan terimakasih untuk ibu kartini yang sudah memudahkan jalan wanita indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang layak. 
Highly educated carrier woman adalah golongan wanita karir terbanyak yang suka dibahas saya rasa. Mungkin karena emang golongan inilah yang aktif di sosmed dan karena temen2 mereka yang memilih untuk berhenti bekerja punya terlalu banyak waktu luang untuk mengurusi hidup orang lain. Alias kurang kerjaan! (Tibatiba emosi)

Sebagian yang lain golongan poorly to moderate educated sehingga alasan utamanya adalah untuk menambah penghasilan keluarga, alasannya simple, karena penghasilan suami saja tidak cukup, atau mungkin dia single mom. Ga perlu dibahas karena semua orang pasti ngerti alesan tak terbantahkan ini.

Oiya biasanya yang suka orang permasalahkan adalah wanita karir dengan anak usia golden period. Saya sih ga begitu ngerti jelasnya usia golden period itu berapa sampe berapa, menurut saya usia anak penting semua sih, tapi kalo ga salah ini usia sampe 5tahun gitu. Simpelnya sih, mereka sudah memilih untuk berkarir, dan mereka ga mungkin berhenti kerja 5 tahun sampai golden period anaknya selesai, terus lanjut lagi. Lah cuti kuliah aja ada batesnya, kalo ga mau DO.

Fase ini juga termasuk melanjutkan studi. Karir itu tidak melulu mengenai pekerjaan, saat seorang wanita elanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, tentu saja ini akan meningkatkan jenjang karirnya baik secara langsung maupun tidak langsung nantinya. Memilih untuk melanjutkan sekolah, disaat sudah bersuami apalagi beranak pinak adalah pilihan yang juga sulit. Karena studi menguras waktu, tenaga, uang, dan pikiran. Thesis ga akan mungkin selesai dengan kedipan mata, well, im talking about bonafide uni ya. Akan ada banyak hal yang mungkin ditinggalkan. Akan ada banyak waktu dan momen yang terlewatkan. siapkah?
Wanita yang memilih melanjutkan studinya tentu sudah berpikir matang, dan ketika dia memilih melaukannya, harusnya dia mengetahui semua resikonya.

Dunia kedokteran yang saya jalani memiliki keunikan tersendiri yang jika saya bahas bisa bikin post ini sepanjang post kegalauan saya, mungkin nanti akan saya jabarkan dipost lain.

2. wanita sebagai anak
Adalah sebuah prestasi dan kebahagiaan tersendiri untuk menjadi kebanggaan kedua orang tua. Bukan begitu?
Dan ini bisa disangkutkan lagi ke poin 1, wanita itu JUGA memajukan karirnya demi membanggakan orangtuanya.
sebagai seorang anak yang baik, pastilah yang ingin dilakukan adalah menjadi anak yang berbakti pada kedua orangtuanya. banyak caranya memang, sebagian dengan memaksakan diri menjadi apa yang orang tuanya inginkan, atau menikah dengan jodoh yang ditentukan orang tuanya, sebagian lain cukup beruntung dengan bisa menjadi apa yang ia mau atau menikah dengan siapa yang dia suka dan tetap mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya. Alhamdulillah saya adalah golongan yang beruntung. Tidak saya pungkiri, menjadi dokter bukanlah muri cita2 saya tanpa pengaruh orang tua. Terlahir dari keluarga dokter, bergaul dengan lingkungan kedokteran sejak kecil, dan akhirnya bersekolah di SMA yang mayoritas muridnya ingin menjadi dokter membuat saya akhirnya memutuskan untuk menjadi salah satunya. Menurut saya dulu, "tidak ada ruginya, sekalian mama papa juga pasti seneng." dan Alhamdulillah sampai detik ini saya tidak pernah benar2 menyesal. dulu beberapa kali suka mikir "kenapalah saya jadi dokter", tapi selalu hanya sementara, lalu bersyukur lagi sudah memilih salahsatu profesi mulia ini. Malah dapet jodoh juga. hihi
Seperti sekarang, salah satu alesan saya masuk PPDS (program pendidikan Dokter Spesialis) obgyn adalah karena papa saya seorang obgyn yang kereeeeen dan TOP.

Seorang bijak pernah berkata (saya hanya mengutip),
Penghormatan terbesar yang dapat dilakukan seorang anak kepada ayahnya adalah dengan melakukan pekerjaan yang sama dengan bagaimana ayahnya melakukannya.

semoga saya dan kita semua yang baca ini bisa selalu menjadi kebanggaan kedua orang tua kita.
satu fase kehidupan kita yang tidak akan pernah berubah sejak pertama kita menangis didunia, sampai dengan hembusan nafas terakhir kita, kita adalah seorang anak untuk sepasang manusia yang sangat kita cintai.

3. wanita sebagai istri
sebagai istri, tugas utama kita adalah mengabdi untuk suami. apakah berarti harus ada dirumah 24/7 ? tentu tidak. Ridha Allah itu ada pada ridha suami. Ridha suami saya dan ridha suami anda untuk satu masalah yang sama tentu saja mungkin berbeda. Izin suami saya untuk sekolah dan bekerja tentu belum tentu diberikan juga oleh suami anda kepada anda. untuk itulah, penting menurut saya untuk membahas hal hal semacam ini sebelum terlanjur menikah. kenapa? karena balik lagi, wanita memiliki keinginan dan impiannya masing2, begitu juga dengan suami sang kepala keluarga anda nantinya.

Apakah wanita yang ingin mengejar karirnya pasti tidak akan ada yang mau menikahi? tentu juga tidak dapat dipastikan. Seelera orang itu beda2, begitu juga pola pikir dan pengertiannya.  Suami saya contohnya, dia adalah salahsatu pendukung kuat saya harus sekolah lagi spesialis, dia selalu bilang "buat apa adek kemaren sekolah capek2 jadi dokter, jaga siang malem, kalo cuma mau sampe disini aja". Alhamdulillah Ya Allah. saya ini beruntung sekali bisa menikahi seorang suami yang seperti ini. Banyak suami2 lain yang saya kenal yang ntah kenapa maunya nikah sama dokter, yang sekolahnya lamaaaaa dan susaaaaah, tapi istrinya ga dibolehin kerja apa2. Mungkin ridha nya cuma sampai situ, dan selama istrinya mematuhi ridho suaminya, ya ga masalah juga sebenernya. Like your life is none of their bussiness, theirs also none of yours.

Wanita sebagai istri juga berarti ialah manager rumahnya. Manajer keuangan, kebersihan, kerapian, konsumsi, pokoknya semuamuanya. Pekerjaan yang pasti sama dikeluarga manupun, kaya miskin, besar kecil, LDR atau ga. Ruang lingkupnya sangat luas, dari mulai uang bulanan, tagihan, tabungan, kebersihan rumah, kebersihan pakaian, urusan silahturahmi, makanan, belanja, keperluan suami/anak,  dan masih harus ngurusin dirinya sendiri. (beberapa suami ingin istrinya tetep terawat, kayak suami saya, dia ga suka istrinya keluar rumah kucel, ga pake alis, ga pake lipstik, pake jilbab langsungan ala bibik2, terus dia juga mulai sewot kalo saya jerawatan. lucunya, saya seneng sekali sama perhatiannya ini. hihi)

Tapi apakah semua urusan managerialnya wajib dia kerjakan sendiri? ya ga juga. manager itu tugasnya me-manage, mengatur. Untuk beberapa poin, misalnya dalam pekerjaan rumah tangga, kalau dia bisa membayar orang lain dan memastikan semua berjalan baik, kenapa tidak? toh bisa memperkerjakan orang lain bukannya malah berpahala? *alesan minta suami gaji PRT :p

Jadi istri yang baik itu bukan sesuatu yang bisa dipelajari dengan sistem kebut semalam, pun ga ada satu orangpun terlahir dengan "bakat" jadi istri yang baik. Seorang istri yang baik bisa menjadi baik dengan banyak kesabaran, banyak pebelajaran, dan banyak cinta dari suami dan keluarganya. Seorang istri yang baik pastilah memiliki suami yang mencintainya, dan suami yang mencintai istrinya pasti akan menganggap istrinyalah yang terbaik, apapun kata orang. Karena seorang istri yang baik tidak memerlukan pujian dan pengakuan dari orang lain akan baiknya ia sebagai istri, hanyalah pengakuan dan cinta suaminya seorang yang ia perlu.

4. wanita sebagai ibu
Seorang ibu adalah madrasah untuk anaknya.
Maka kewajiban seorang ibulah untuk mengajarkan semua kebaikan. tentu ibu manapun akan sangat membutuhkan sekolah untuk anaknya. karena ibu, setidak sibuk apapun, punya keterbatasan. Disekolah aja tiap mata pelajaran gurunya beda2. Tentu salah jika ibu menyerahkan anaknya sepenuhnya, tanpa pengawasan, kepada orang lain, siapapun itu. Tapi ketika dia bisa meminta bantuan orang lain, dengan tetap dia awasi dengan seksama, kenapa orang lain mesti sewot?
Iya, saya berbicara mengenai babysitter, PRT, dan tempat penitipan anak yang masih kurang populer di Indonesia.

saya memang belum punya anak sendiri (semoga kami disegerakan mendapatkan keturunan2 yang baik Ya Allah), jadi saya tentu tidak mempunyai pengalaman menjadi seorang ibu. Jadi tulisan pada poin ini adalah dari sudut pandang saya sebagai anak mama saya, dan dari apa yang saya lihat pada teman2 dekat saya.

*to be continued

No comments:

Post a Comment