Thursday, June 26, 2014

another "expecting a babybump" story

jadi, iya, aku masih sangat ingin sekali banget segera hamil, tapi akhirnya, ntah gimana pastinya, aku udah bisa mulai pasrah, ikhlas dan tawakkal aja sama rencana Allah.

Ini lagi menstruasi, dan hari pertama mens -yang telat satu hari- terasa amat sangat menyiksa, sampe beneran bercucuran airmata. jam 3 malem bangun, sadar kalau mens, dan langsung peluk kak aidyl sambil nangis. jam TIGA malem coba. nangis ga santai pake sesegukan pula.

Suamiku itu sabarnya luar biasa,salut. Padahal dia abis jaga tingtong, pasti beraaaaat banget buka mata jam segitu, dan malah harus dengerin istrinya nangis2. Aku kayaknya kalo abis jaga udah tepar kayak mumi. BUt he woke up, and hugged me tight. Thanks God for giving me HIM.
Dipeluknya erat istrinya ini, sambil dieluselusnya rambutku dan diusep2 punggungku. "sabar sayang, jangan nangis, semua akan indah pada waktunya nanti" berulang2 dia bisikin hal ini. Disekany air mata yg udah kayak banjir bandang, bukannya berenti, nangisnya malah makin kenceng. biasa, hati level drama korea. Ada rasa bersalah rasanya, "Ya Allah, aku ingin mengandung anak laki-laki ini." "apa ada yang salah sampai kau hukum aku?".
Pendidikan dokter selama 5,5 tahun rasanya ga berbekas. Semua pelajaran tentang konsepsi, infertilitas, kehamilan, kayak sirna ditelen emosi. Rasa bersalah dan "jangan-jangan" jadi menghantui. Baru tiga bulan emang, tapi rasanya udah bertahun2. Tiap menstruasi dateng, udah kayak ga lulus umptn. Tiap liat euphoria orang hamil atau melahirkan atau sekedar main sama anaknya, hati jadi nelangsa. Rasanya mau langsung inseminasi buatan aja.

Mau cerita ke orang lain, ke temen2 yang belum nikah, ga enak, kayak ga bersyukur aja padahal sudah dikasih Allah suami yang sangat amat baik. Cerita sama temen yang lagi hamil, kayaknya ga etis, kasian dia, jadi tambahin beban pikiran dia aja. (tapi aku akhirnya cerita ke bonce sih, hihi). Mau cerita ke yang udah punya anak, juga paling dibilang "sudahlah nikmati dulu masa pacaran kalian itu". Orang lain bisa gampang aja bilang "sabar, pasrah, iklas", tapi ketika aku tanya, gimana caranya?? aku tau teorinya, tapi gimana cara implementasinya?? mereka akan diam, ga tau juga gimana caranya :(

But it was yesterdaaaaay

Setelah malem itu, setelah puas nangis sesegukan, setelah sekali lagi jatuh cinta sama suamiku satu ini, aku akhirnya bisa lebih nerimo, lebih iklas, insya Allah lebih tawakal. Mungkin kemarin imannya masih kurang, sekarang sedikit bertambah, Semoga Allah segera memberikan buah hati kepada kami.

No comments:

Post a Comment